Aku dan Tuhan-ku

Setiap doa akan memperoleh jawaban. I do believe it.
Kembali mengingat setiap doa yang kupanjatkan kepada-Mu, “Ya Allah berikanlah yang terbaik bagi hamba, karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui. Jauhkan bila memang ini bukan yang terbaik bagi hamba, dan dekatkanlah bila memang ini yang terbaik. Sungguh, hamba ikhlas. Amin.”
I know exactly what I ask for: THE BEST, not THE ONE I WANT.
Aku mau ini. Aku mau itu. Tapi hanya Allah yang tau mana yang terbaik  untukku.
Seorang teman pernah berkata, “Tuhan hanya memberikan apa yangdibutuhkan makhluk-Nya, bukan yang diinginkan.”
Konsekuensinya, ketika apa yang kuinginkan bukan yang terbaik untukku. Maka Allah akan menjauhkan hal itu dariku. Sakit memang. Tapi bukankah itu permintaanku sendiri??
Dan ketika apa yang kuminta memperoleh jawabannya, mengapa aku harus kecewa???
Masih pantaskah aku bermuram durja, marah, atau sedih yang berkepanjangan??
Bagaimana mungkin aku marah jika diberikan yang terbaik??
Untungnya aku cukup pintar untuk selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh-Nya. Bahkan bencana, cobaan, dan kesedihan pun tetap mampu membuat kita tersenyum, at last.
Saat ditimpa berbagai musibah, wajar untuk bersedih dan menangis. Namun I keep on my mind, God never leave me. Pasti ada desain yang jauh lebih indah setelahnya. Aku percaya itu.
Ternyata dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran dalam menerima jawaban doaku. 
Bagaimana aku tau bahwa yang dijauhkan bukan yang terbaik untukku??
Sesungguhnya aku tak tahu pasti. Aku hanya PERCAYA.
Manusia harus berbaik-sangka kepada Tuhannya. Kita boleh merencanakan dan mencurahkan jiwa raga untuk mewujudkannya, tapi mengenai hasil akhir serahkan hanya kepada-Nya. Percayalah, suatu saat nanti kita akan tersenyum dan bersyukur karena Allah telah memilihkan jalan yang terbaik. Meskipun mungkin, untuk saat ini kita merasa tersiksa. Percayalah kawan, Allah tak kan pernah mencelakakan seorang hamba yang hanya bersandar pada-Nya. So, don’t be afraid to fall. Bagaimana mungkin kita berburuk sangka kepada Dzat yang telah memberikan kita berbagai macam privilege sebagai manusia??
Bersyukur..bersyukur..bersyukur..
Sungguh tak ada kenikmatan dari-Mu yang pantas ku pungkiri, hanya karena segelintir kepahitan yang Engkau selipkan dalam hidupku. Kepahitan itu datang satu paket dengan pemanisnya. Jadi tinggal bagaimana kita memandang, bisa liat ga tuh pemanis??
Bahkan Allah menganugrahi manusia dengan kemampuan yang luar biasa.
Bila mengingat menjadikan kita sakit, maka Allah menginstal aplikasi “pelupa” dalam diri kita. Baik kan?
Heheheheheheheh
Musibah, cobaan, dan kepedihan itu seperti buah manggis.
Kalau kita Cuma liat dari luarnya atau nyicipin kulitnya aja, ya jelas pahit. Tapi kalo kita kupas, daging buah manggis yang putih dan manis siap dinikmati. Begitu juga dengan segala hal pahit yang kita alami, kalau kita mau menggunakan akal dan hati kita untuk bersabar menjalaninya, niscaya dapat kita nikmati berbagai macam hikmah yang luar biasa.
Aku menemukan kekuatan dalam do’a, dalam kepercayaan, keikhlasan, dan kesabaran. Itu semua aku pelajari dalam kepedihan. Sesungguhnya, kita belajar lebih banyak ketika merasakan kepedihan daripada kebahagiaan (bagiku). Aku bersyukur mampu mengupasnya dan menemukan nikmat berupa peningkatan kemesraan dengan Tuhan-ku. Subkhanallah.
Suatu saat kesengsaraan kita itu mungkin saja jadi bahan cerita plus petuah yang baik bagi generasi penerus kita. Saat itu, kita mungkin saja menertawakan kesialan yang menjatuhkan kita saat ini. Rasa sakit ini hanya sementara. Bertahanlah. Suatu hari, engkau dengan bangga akan menceritakan bagaimana dirimu berhasil melaluinya.
Tentu saja tak baik juga kalo selalu pedih, ada saatnya diimbangi dengan suka cita. Bukankah hidup itu memang tentang keseimbangan? Hati-pikiran.
Jadi percayalah, Tuhanmu tak kan memberikan cobaan tanpa kebahagiaan disetiap ujungnya.
Through out those pain and sorrow, I found that the One we may rely on is Allah, none others.
Not even my family nor friends. Allah, the One and Only.
Hanya Allah yang tak akan pergi menjauh seburuk apapun kondisi kita. Malah seringkali kita lah yang manjauh dari-Nya. Semoga aku tak kan pernah melakukan itu (lagi). Sekarang (sebenarnya dari dulu dan selamanya) hamba milik-Mu, Ya Rabb. Hanya kepada-Mu hamba percaya, hamba berlindung, dan hamba bersandar.
Engkau ada di setiap hembusan nafasku. Detik ini dan seumur hidup hamba..

Renungan 1 Syawal 1431 H

Mereka bilang dunia ini penuh ketidakpastian.
Semua berganti, berputar, terjungkirbalik mengikuti arus roda kehidupan yang terus menggelinding.
Terlena sepersekian detik saja, celakalah kita.
Entah kita ,manusia, yang tertinggal, ataukah roda itu yang berputar terlalu cepat?
Yang pasti there’s no excuses.
Bagi yang tertinggal ya terlindas. Sedangkan yang lain, yang masih mampu bertahan, dengan sekuat tenaga meleburkan diri dalam ritme perubahan.
Tak ada yang pasti di dunia ini, kecuali dua hal yaitu:
Kematian dan Perubahan.
Kematian adalah suatu harga mati yang tidak dapat ditawar lagi bagi seluruh isi dunia yang berlabel “makhluk hidup”.
Ia merupakan keabsolutan yang pasti terjadi,
Entah kapan, bagaimana, maupun dimana. Allahu Alam.
Nobody could change nor avoid it.
We may not live forever, neither young forever.
Subkhanallah.
Hidup ini memang sungguh menarik. Ia selalu menawarkan keseimbangan.
Hidup – mati. Hitam – putih. Baik – Buruk. Sehat – Sakit. Kuat – Lemah. Sukar – Mudah. Kaya –  miskin. Senang – sedih. Pria – Wanita.
Allah menciptakan segala sesuatunya berpasangan. Dua kutub yang ekstrem perbedaannya diciptakan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Mereka diciptakan untuk memperkuat keberadaan (menegaskan eksistensi) yang lainnya. Kalau kita tidak pernah merasakan sakit, bagaimana kita tahu rasanya sehat?
Jika semua orang baik, maka kita tidak akan mengenal istilah baik maupun jahat. Karena semuanya terasa sama. Tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain.
Padahal kita tahu bahwa yang di-“diversifikasi” atau beranekaragam itu lebih tinggi nilainya daripada yang di-“standarisasi”.
Beda pasaran lah yaa, gak level bersaing. Hehehe
That’s why life become excitingcause kayak yang mbak Agnes Monica bilang di iklan cita**: life is never flat (sengaja disensor, abis ga dibayar sih :p).
Exciting here doesn’t mean that we’ll live easily, beautifully, or happily ever afterkayak di dongeng- dongeng.
Life isn’t that beautiful, sist. 
It has flaws along its perfect look, pains haunt after your laughter, holes under its smooth way, traps behind the joy it brings, and many other sh*t you may hug while you are enjoying the art of living.
The point is you’ll never be bored.
When we find something special, we love to experience it more and more. Then we do it continuously.
Well, congratulations! You are successfully transforming it into something ordinary. And that’s what routines do. It stuck your exciting life in a bored one (in some points, you feel that too, right??). But don’t worry. Life will figure it out. It will service you with some pretty surprises! Hollaa, you got a new taste in your life.
That’s what exactly happened to me. Tradisi berkunjung ke rumah sodara- sodara yang bahkan saya tidak kenal baik (sodara jauh) menjadi rutinitas tiap tahun yang, well, terasa monoton, membosankan, & kehilangan esensi yang sebenarnya.
Permintaan maaf pun terasa seperti suatu “keharusan” tanpa keikhlasan.
Ngerti kan maksud saya? Seperti hanya “formalitas” lebaran.
Tapi lagi- lagi, hidup memberikan satu pelajaran penting di balik rutinitas itu. Bagaikan guru yang tak pernah men- judge kita, hidup menjelaskan dengan baik apa hikmah dari bersilaturahim itu kepada saya. Ia menegur keangkuhanku tanpa banyak kata.
Lebaran kali ini memiliki rasa yang berbeda. Bukan karena baju baru, pacar baru, atau anak baru (loh..loh..hahahaha). Tetapi ada hal lain yang menyentak batin saya. Bagaikan menemukan dynamo baru, lampu- lampu imanku yang tadinya cuma 5 watt mampu berpendar layaknya lampu di stadion sepak bola. Hahahaha
Saklar tobat pun di-ON-kan otomatis.
Apa gerangan yang membuat seorang Cindhi begitu lebay?? pliss jangan bilang udah dari dulu 😦
Secara lahiriah, nothing special  karena ini memang pengalaman batiniah. Hehe.
Sudah menjadi tradisi di keluarga saya (dan di keluarga anda juga, saya rasa) untuk bersilaturahim atau berkunjung ke rumah saudara- saudara yang dituakan. Tepat pada hari pertama lebaran, 10 September 2010, kami melaksanakan ritual tahunan tersebut. Tak lupa tas plastic hitam dijinjing dengan gembira oleh adik saya. Bukan apa- apa, efek euphoria tersebut dipastikan terjadi karena setelah memberikan plastic, biasanya ia akan mendapat feedback dari para sesepuh berupa dupa dan kembang tujuh rupa, hehehe. Ya enggaklah. Dapet duit jajan ala kadarnya (dan aku enggak. Huhuhuhuuu)
Hari itu pun semuanya berlangsung sama dan baik- baik saja. Dan monoton tentunya.
Sampai akhirnya, menjelang malam, saya beserta rombongan tiba di rumah nenek buyut yang konon katanya lahir tahun 1919. Itu menurut pengakuan beliau yang disampaikan kepada Bulik Bapak saya (nah lho, ribet kan).
Di sini lah saya menemukan pencerahan. Hal sederhana dan alami yang sebenarnya kita ketahui tapi sering kita(atau tepatnya, saya) lupakan. Terutama bagi anak muda yang merasa masih segar bugar, umurnya masih dikit (paling baru kepala dua), yang merasa hidupnya masih panjang, dan jauh dari kematian. Mendadak itu semua menjadi pemikiran yang sangat dangkal begitu mendengar berbagai kabar duka dari keluarga besar.
Pertama, melihat keadaan nenek buyut yang sudah tidak mampu berbuat apa- apa lagi, saya merasa diingatkan kembali bahwa kita tidak selamanya muda.Akan tiba saatnya bagi saya, dan kita semua, menjadi tua dan mungkin mengalami hal yang sama dengan beliau. Rambut yang hitam mulai memutih, kulit yang kencang mulai berkeriput di sana- sini (dan nggak ada krim kecantikan apapun yang bisa ngilangin itu sist!), penglihatan mulai rabun, ingatan & pikiran sudah tidak setajam dahulu, bahkan tidak jarang untuk berjalan saja sudah tidak mampu. Hanya dapat hidup dengan bantuan dari anak cucu.
Suatu saat nanti, akan tiba saatnya organ tubuh kita aus dan minta pensiun. Dimana panca indera kita tak lagi berfungsi dengan baik (sumpah, so sad banget). Di usia seperti ini, sudah sangat terlambat untuk menyesali mengapa dulu tidak menjaga pola hidup sehat. Tidak ada guna mengingat sampah apa yang telah kita masukkan ke dalam tubuh kita.
Kan pas masih jadi anak kos, prinsipnya “anything but expensive” alias murah & kenyang. Ya nggak?? Hehehe
Hmm..yang dipinjam memang harus dikembalikan. Begitu juga raga ini.
Rileks kawan. Tak usah terlalu dipikirkan apa yang ditulis di atas. Toh, semua itu belum tentu terjadi. Iya kalau kita hidup 50 tahun lagi kayak lagunya Yuni Shara sama Raffi Ahmad. Lha kalau besok udah dipanggil sama Yang Di Atas??
Allahu Alam. We never know, kawan. Kematian adalah misteri Illahi yang pasti datangnya dan tak ada seorang pun yang bisa memprediksi. Kita tak pernah tahu sampai kapan Allah akan meminjamkan badan ini kepada kita. Detik ini kita berpikir, mungkin saja detik berikutnya kita sudah tak lagi bernafas??
Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggungjawab tiba
Rabbana
Tangan kami..Kaki kami..Mulut kami..Mata hati kami..
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Dijalan cahaya Sempurna
Mohon karunia Kepada kami
Hamba-Mu yang hina
An amazing song by Chrisye 
Saya selalu takut bila mengevaluasi kembali detil kehidupan yang telah saya jalani selama 20 tahun ini.
Apakah saya telah bertaqwa sepenuhnya?
Saya rasa belum. Bagaimana dengan anda???
Seringkali kita lupa bahwa hidup itu hanya sementara. Kita TAHU, tapi kita LUPA. Sedangkan kehidupan akhirat yang abadi, malah sering kita nomorduakan. Kita terlalu disibukkan dengan long term plans yang terkadang malah menjauhkan kita dari tujuan akhir, yaitu SURGA. Padahal INGAT, WE ARE NOT GONNA LIVE FOREVER..
Bukan berarti harus meninggalkan rimba duniawi (mati dong??) tapi seperti prinsip kehidupan itu sendiri, balancing. Like wise people say, Key of the true happiness depends on how well you are balancing your life.
Semoga kita mampu memanfaatkan sisa umur kita (yang entah masih berapa lama ini) dengan kebaikan sehingga kita pantas menempati Surga yang telah disediakan oleh Allah SWT.
Amiinn Amiinn yaa Robbal ‘Alamiiinnn 🙂